Sejak berabad-abad lalu beras dipandang sebagai simbol kemakmuran dan kesejahteraan. Tidak hanya sebagai bahan pangan pokok, tetapi juga sebagai penopang kebudayaan, ekonomi, dan spiritualitas masyarakat.
Beras telah lama menjadi simbol sumber kehidupan bagi bangsa Indonesia dan kerap kali digunakan dalam berbagai upacara adat sebagai wujud rasa syukur kepada sang pencipta.
Dalam arus modernisasi dan perubahan iklim, makna beras sebagai sumber kehidupan tidak hanya dimaknai sebagai komoditas, melainkan juga sebagai tanggung jawab ekologis dan sosial.
Melalui konsep Trisakti dan gerakan sedekah lingkungan, inisiatif seperti yang dilakukan oleh Arista Montana menghadirkan bagaimana ketahanan pangan di era modern ini tetap bisa diwujudkan secara berkelanjutan.
Arista Montana dan Implementasi Trisakti Bung Karno
Konsep Trisakti yang digagas Bung Karno—berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan—menjadi pijakan penting dalam mewujudkan kedaulatan pangan.
Di tengah tantangan global, Prinsip Trisakti menegaskan bahwa bangsa harus mampu mengolah tanahnya sendiri, menjaga sumber pangannya, dan tidak bergantung penuh pada impor.
Arista Montana bekerja sama dengan komunitas adat di Gunung Puntang di Kawasan Bandung Selatan menerjemahkannya ke dalam aksi nyata: membangun ekosistem pertanian organik, menanam padi berkelanjutan, serta mengedukasi masyarakat tentang kemandirian pangan.
Inilah bentuk Trisakti dalam ketahanan pangan, di mana masyarakat tidak hanya makan dari tanahnya sendiri, tetapi juga belajar untuk merawatnya. Gerakan sedekah lingkungan mengajarkan bahwa memberi kembali kepada alam adalah bentuk syukur yang paling tinggi. Menanam pohon, menjaga air, hingga merawat tanah adalah bagian dari sedekah yang akan kembali dalam bentuk kesuburan, hasil panen melimpah, dan ekosistem yang lestari.
Melalui aksi sedekah lingkungan, Arista Montana tidak hanya melakukan edukasi menjaga keberlanjutan sawah dan ladang, tetapi juga menciptakan pola pertanian integratif yang menghubungkan padi, hortikultura, dan konservasi. Pendekatan ini bukan hanya soal hasil panen, melainkan juga warisan bagi generasi mendatang.
Ketahanan Pangan sebagai Pilar Masa Depan
Perubahan iklim, degradasi lahan, dan ketergantungan impor menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan Indonesia. Dalam konteks ini, beras sebagai sumber kehidupan menjadi isu strategis yang menuntut solusi inovatif dan kolaboratif.
Dengan mempraktikkan Trisakti dan sedekah lingkungan, Arista Montana ingin menunjukkan bagaimana sebuah komunitas dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat yang lebih luas lagi. Kemandirian pangan bukan lagi slogan, tetapi kenyataan yang lahir dari kerja keras, edukasi, dan cinta terhadap bumi.
Beras sebagai sumber kehidupan adalah panggilan bagi bangsa untuk kembali kepada akar budaya dan nilai-nilai luhur. Melalui konsep Trisakti, sedekah lingkungan, dan langkah konkret seperti yang dilakukan Arista Montana, ketahanan pangan dapat diwujudkan secara nyata.
Menanam padi bukan sekadar aktivitas agraris, melainkan juga wujud perlawanan terhadap krisis global, serta janji bagi masa depan yang berdaulat, berkelanjutan, dan berkepribadian.
Sumber Youtube: https://www.youtube.com/watch?v=ANR2feYWEm8